Monday 1 February 2021

KRITERIA 10 PERIBADI MUSLIM 2

Al-Qur’an dan Sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah Saw yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki oleh Al-Qur’an dan sunnah adalah pribadi yang shaleh, pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt.


Persepsi masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda, bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah, padahal itu hanyalah salah satu aspek yang harus lekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.


Bila disederhanakan, sekurang-kurangnya ada sepuluh profil atau ciri khas yang harus lekat pada pribadi muslim.


1. Salimul Aqidah (Good Faith)

Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’ (QS 6:162).

Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.

Beberapa contoh dari penerapan Salimul Aqidah, yaitu:

1) Tidak mengkafirkan seorang muslim;

2) Tidak mengedepankan makhluq atas Khaliq;

3) Mengingkari orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah swt dan tidak bergabung dalam majlis mereka;

4) Mengesakan Allah swt dalam Rububiah dan Uluhiah;

5) Tidak menyekutukan Allah swt, dalam Asma-Nya, sifat-Nya dan Af’al-Nya;

6) Tidak meminta berkah dengan mengusap-usap kuburan;

7) Mempelajari berbagai aliran yang membahas Asma’ dan Sifat dan mengikuti madzhab salaf;

8) Mengetahui batasan-batasan wala’ dan bara’;

9) Berteman dengan orang-orang shalih dan meneladaninya;

10) Meyakini terhapusnya dosa dengan taubat Nashuh;

11) Memprediksikan datangnya kematian kapan saja;

12) Meyakini bahwa masa depan ada di tangan Islam;

13) Berusaha meraih rasa manisnya iman;

14) Berusaha meraih rasa manisnya ibadah;

15) Merasakan adanya para malaikat mulia yang mencatat amalnya;

16) Merasakan adanya istighfar para malaikat dan do’a mereka.


2. Shahihul Ibadah (Right Devotion)

Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ’shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.’ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

Beberapa aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dari shahihul ibadah, yaitu:

1. Khusyu’ dalam shalat;

2. Qiyamul-Lail minimal satu kali dalam sepekan;

3. Bersedekah;

4. Berpuasa sunnat minimal dua hari dalam satu bulan;

5. Menjaga organ tubuh (dari dosa);

6. Haji jika mampu;

7. Khusyu’ saat membaca Al Qur’an;

8. Sekali Khatam Al Qur’an setiap dua bulan;

9. Banyak dzikir kepada Allah swt sembari menghafalkan bacaan ringan;

10. Banyak berdo’a dengan memperhatikan syarat dan adabnya;

11. Banyak bertaubat;

12. Selalu memperbaharui niat dan meluruskannya;

13. Memerintahkan yang Ma’ruf;

14. Mencegah yang Munkar;

15. Ziarah kubur untuk mengambil ‘Ibrah;

16. Merutinkan shalat sunnah Rawatib;

17. Senantiasa bertafakkur;

18. Beri’tikaf satu malam pada setiap bulannya;


3. Matinul Khuluq (Strong Character)

Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setkal muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al- Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar- benar memiliki akhlak yang agung’ (QS 68:4).

Aplikasi dari matinul khuluq yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1. Tidak ‘inad (membangkang);

2. Tidak banyak mengobrol;

3. Sedikit bercanda;

4. Tidak berbisik tentang sesuatu yang bathil;

5. Tidak hiqd (menyimpan kemarahan);

6. Tidak hasad;

7. Memiliki rasa malu untuk berbuat kesalahan;

8. Menjalin hubungan baik dengan tetangga;

9. Tawadhu’ tanpa merendahkan diri;

10. Berani;

11. Halus;

12. Menjenguk orang sakit;

13. Komitmen dengan adab meminta idzin;

14. Berterimakasih kepada orang yang berbuat baik;

15. Merendahkan suara;

16. Menyambung persaudaraan (Shilatur-Rahim);

17. Komitmen dengan adab mendengar;

18. Komitmen dengan adab berbicara;

19. Memuliakan tamu;

20. Mengumbar senyum di depan orang lain;

21. Menjawab salam



4. Qowiyyul Jismi (Physical Power)

Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya.

Kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah Saw bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah’ (HR. Muslim).

Aplikasi dari matinul khuluq yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1) Mengikuti petunjuk kesehatan dalam makanan dan minuman, seperti:

a. Membersihkan peralatan makan dan minum;

b. Menjauhi makanan yang diawetkan dan mengkonsumsi minuman alami;

c. Mengatur waktu-waktu makan;

d. Mampu menyediakan makanan;

e. Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi yang berlemak;

f. Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi garam;

g. Tidak berlebihan dalam mengkomsumsi gula;

h. Selektif dalam memilih produk makanan


2) Mengikuti petunjuk kesehatan tentang tidur dan bangun tidur, seperti:

a. Tidur 6 - 8 jam dan bangun sebelum fajar;

b. Berlatih 10 - 15 menit setiap hari;

c. Berjalan 2 - 3 jam setiap pekan;

d. Mengobati diri sendiri;

e. Tidak mempergunakan obat tanpa meminta petunjuk


5. Mutsaqqoful Fikri (Thinking Brilliantly)

Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia antuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219).

Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktivitas berpikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Bisa kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatka pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.

Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah:samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).

Aplikasi dari mutsaqqoful fikri yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1) Hafal juz 28 dan 29 dengan baik;

2) Membaca tafsir Al Qur’an juz 28 dan 29;

3) Mengaitkan antara Al Qur’an dengan realita;

4) Mengahafalkan seluruh hadits dari Arba’in An Nawaiah;

5) Menghafal 50 Riyadhush-Shalihin;

6) Mengkaji marhalah Madaniah dan menguasai karakteristiknya;

7) Mengenal sirah 20 syuhada dari kalangan sahabat ;

8) Mengetahui hukum Zakat;

9) Mengetahui fiqih Haji;

10) Membaca tujuh jam setiap pekan di luar spesialisasinya;

11) Mengetahui sisi-sisi Syumuliyatul Islam;

12) Mengetahui problematika kaum muslimin nasional dan internasional;

13) Mengetahui apa kerugian dunia akibat kemunduran kaum muslimin;

14) Mengetahui urgensi Khilafah dan kesatuan kaum muslimin;

15) Mengetahui arus pemikiran Islam kontemporer;

16) Menghadiri orientasi dan seminar-seminar kita;

17) Mengetahui dan mengulas tiga risalah ;

18) Mengetahui dan mengulas risalah Aqaid;

19) Memahami amal jama’I dan taat;

20) Membantah suara-suara miring yang dilontarkan kepada kita;

21) Mengetahui bagaimana proses berdirinya negara Israil:

22) Mengetahui informasi baru dari problematika kontemporer;

23) Memiliki kemampuan mengulas apa yang ia baca;

24) Menyebar luaskan apa saja yang diterbitkan oleh koran dan terbitan-terbitan kita;

25) Berpartisipasi dalam melontarkan dan memecahkan masalah


6. Mujahadatun Linafsihi (Continence)

Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatun linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setkal diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beragmana seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).

Aplikasi dari mujahadatun linafsihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1) Memerangi dorongan-dorongan nafsu;

2) Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi yang mubah;

3) Selalu menyertakan niat jihad;

4) Menjadikan dirinya bersama orang-orang baik;

5) Memakan apa yang disuguhkan dengan penuh keridhaan;

6) Menyumbangkan sebagian hartanya untuk amal Islami;

7) Sabar atas bencana;

8) Menyesuaikan perbuatan dengan ucapannya;

9) Menerima dan memikul beban-beban da’wah.


7. Harishun ‘ala Waqtihi (Good time management)

Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, Yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: ‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.’

Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

Aplikasi dari harishun ala waqtihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1) Memperhatikan adab Islam dalam berkunjung dan mempersingkat pemenuhan hajatnya;

2) Memelihara janji umum dan khusus;

3) Mengisi waktunya dengan hal-hal yang berfaedah dan bermanfaat.


8. Munazhzhamun fi Syu’unihi (Well Organized)

Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu udusán dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kontinyuitas dan berbasih ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.

Aplikasi dari munzhzhamun fi syuunihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1) Shalat sebagai penata waktunya;

2) Teratur di dalam rumah dan kerjanya;

3) Merapikan ide-ide dan pikiran-pikirannya;

4) Disiplin dalam bekerja;

5) Memberitahukan gurunya problematika yang muncul


9. Qodirun ‘alal Kasbi (Independent)

Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi.

Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.

Aplikasi dari qodirun alal kasbi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1) Bekerja dan berpenghasilan;

2) Tidak berambisi menjadi pegawai negeri;

3) Mengutamakan spesialisasi langka yang penting dan dinamis;

4) Berusaha memiliki spesialisasi;

5) Ekonomis dalam nafkah ;

6) Mengutamakan produk umat Islam;

7) Tidak membelanjakan harta kepada non muslim;

8) Bersemangat untuk memperbaiki kualitas produk dengan harga sesuai


10. Naafi’un Lighoirihi (Giving Contribution)

Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tirák mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya.

Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir).

 Aplikasi dari nafi’un lighoirihi yang dapat diperaktikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:1) Komitmen dengan adab Islam di dalam rumah;

2) Melaksanakan hak-hak pasangannya (suami atau istri);

3) Membantu istrinya;

4) Melaksanakan hak-ahak anak;

5) Memberi hadiah kepada tetangga;

6) Memberikan pelayanan umum karena Allah swt;

7) Memberikan sesuatu dari yang dimiliki;

8) Mendekati orang lain;

9) Mendorong orang lain berbuat baik;

10) Membantu yang membutuhkan;

11) Membantu yang kesulitan;

12) Membantu yang terkena musibah;

13) Menolong yang terzhalimi;

14) Berusaha memenuhi hajat orang lain

15) Bersemangat menda’wahi istrinya, anak-anaknya, dan kerabatnya;

16) Memberi makan orang lain;

17) Mendo’akan yang bersin.


Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits, sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.

Rujukan: https://arifdalamtarbiyah.blogspot.com/2010/10/10-muwashofat-sifat-sifat-muslim-ideal.html

KRITERIA 10 PERIBADI INSAN RABBANI 1

Apakah itu Muwasafat Tarbiyah?

Muwasafat Tarbiyah adalah kriteria yang perlu ditanamkan dalam diri untuk menjana keperibadian Muslim yang syumul.


1) Aqidah Sejahtera (Salim-ul Aqidah)

-Tidak menjampi kecuali dengan al-Quran yang ma’thur

-Tidak berhubung dengan Jin

-Tidak meminta bantuan dari orang yang meminta bantuan jin

-Tidak menenung nasib

-Tidak mendekati tukang tilik

-Tidak mengusap kubur

-Tidak meminta bantuan dari simati

-Tidak bersumpah dengan selain Allah

-Tidak mempercayai adanya sial

-Mengikhlaskan amal kerana Allah

-Mengimani rukun-rukun Iman

-Mensyukuri Allah swt ketika menerima nikmat

-Sentiasa sedar Syaitan adalah musuh

-Menerima sepenuhnya dari Allah dan menolak sesuatu yang diturunkan selain Allah swt


2) Ibadah Yang Sahih (Shahih-ul 'Ibadah)

-Tidak menolak untuk melaungkan azan

-Bersuci dengan sempurna

-Sangat menghargai solat berjemaah

-Sangat suka berjemaah di masjid

-Memperbaiki mutu solat

-Qiamullail seminggu sekali

-Menunaikan zakat

-Berpuasa wajib

-Berpuasa sunat sehari setiap bulan

-Ada niat untuk menunaikan haji

-Beriltizam dengan adab-adab tilawah

-Khusyuk ketka membaca al-Quran

-Menghafaz 1 juzuk dari al-Quran

-Berdoa pada waktu-waktu yang diutamakan

-Mengakhiri harinya dengan taubat dan istighfar

-Menjadikan setiap amalan mempunyai niat

-Menjauhi dosa-dosa besar

-Sentiasa membaca zikir pagi

-Sentiasa membaca zikir petang

-Mengingati Allah swt pada setiap situasi

-Menunaikan Nazar

-Menyebarkan Salam

-Menahan anggota dari perkara haram

-Beri’tikaf di bulan Ramadhan jika ada peluang

-Menggunakan sugi/siwak

-Sentiasa bersuci (berwudhuk) sedaya mungkin


3) Akhlak Yang Mantap (Matin-ul Khuluq)

-Tidak takabbur

-Mempunyai pendirian

-Tidak menipu

-Tidak mencaci

-Tidak mengadu domba

-Tidak mengumpat

-Tidak berdusta

-Tidak mengejek

-Tidak memperlekehkan sesuatu kumpulan

-Tidak berkawan dengan orang yang berkelakuan buruk

-Mengasihi orang yang lebih muda

-Menghormati orang yang lebih tua

-Menunaikan janji

-Menundukkan pandangan

-Menjaga rahsia

-Menutup dosa orang lain

-Cemburu terhadap isteri

-Mempunyai perasaan cemburu atas agamanya


4) Mampu Berdikari (Qadirun 'Ala-l Kasbi)

-Menjauhi pekerjaaan yang haram

-Menjauhi riba

-Menjauhi judi

-Menjauhi penipuan

-Menunaikan zakat

-Membuat simpanan walaupun sedikit

-Tidak menangguh-nangguhkan tugasan yang diamanahkan

-Memelihara harta awam

-Memelihara harta peribadi


5) Berpengetahuan luas (Mutsaqqaf-ul Fikri)

-Mampu membaca dan menulis dengan baik

-Membaca tafsir 1 juzuk dari al-Quran

-Memelihara hukum-hukum tilawah

-Menghafaz setengah dari hadith 40

-Menghafaz 20 hadith dari Riyadhusshalihin

-Mengkaji marhalah Makkah dan menguasai ciri-cirinya yang penting

-Mengenali sepuluh orang yang dijanjikan Syurga

-Mengetahui hukum-hukum taharah/bersuci

-Mengetahui hukum-hukum solat

-Mengetahui hukum-hukum puasa

-Membaca sesuatu di luar bidangnya. 4 jam seminggu

-Memahirkan diri dengan wasilah-wasilah moden

-Sentiasa peka akan serangan Zionis terhadap Islam

-Mengetahui pertubuhan-pertubuhan yg menyeleweng

-Mengetahui aspek keburukan dari perancang keluarga

-Mendengar dengan baik

-Mampu memberikan pandangan

-Bersedia menerima tugas-tugas kolektif

-Tidak menerima syubahat yang dilemparkan keatas kita


6) Tubuh Yang Cergas (Qawwiy-ul Jism)

-Bersih tubuh badan

-Bersih pakaian

-Tempat tinggal yang bersih

-Beriltizam dgn sunnah (adab) makan dan minum

-Tidak berjaga malam berlebihan

-Iltizam dgn senaman 2 jam seminggu

-Bangun sebelum terbit fajar/subuh

-Mematuhi kaedah membaca dari aspek kesihatan

-Meninggalkan tabiat merokok

-Menjauhi tempat-tempat kotor

-Menjauhi tempat-tempat berpenyakit


7) Menguasai Diri (Mujahadat-ul Li Nafsi)

-Menjauhi perkara-perkara haram

-Menjauhi tempat-tempat lalai yang diharamkan

-Meninggalkan tempat-tempat maksiat


8)Teratur urusannya (Munazhzhamun Fi Syu'unihi)

-Penampilan yang elok

-Tidak mempunyai hubungan dengan pihak yang menentang Islam


9)Sangat Menghargai Masa (Harishun 'Ala Waqtihi)

-Bangun awal

-Menggunakan masa tertentu untuk belajar


10)Bermanfaat Kepada Orang Lain (Nafi'un Li Ghairihi)

-Menunaikan hak ibu bapa

-Menyertai majlis-majlis kegembiraan

-Membantu orang-orang yang memerlukan

-Membimbing orang yang sesat

-Berkahwin dengan pasangan yang sesuai


Rujukan: https://kumbangjingga.blogspot.com/2012/06/10-muwasafat-tarbiyah.html

MODUL AKIDAH SEJAHTERA 2



 AKIDAH YANG SEJAHTERA (سليم العقيدة)

Akidah berasal perkataan (عقد) bermaksud ikatan. Ia berkait rapat dengan pengertian iman yang menggambarkan ikatan manusia terhadap sesuatu kepercayaan yang darinya muncul segala kata-kata dan perlakuan. Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya:

 إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين [الأنعام:162]

‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam’


Nabi Muhammad SAW membina akidah umat islam selama 13 tahun pada era makki. Tempoh ini umat islam tidak lagi diwajibkan berperang. Ayat yang turun pada waktu ini hampir kesemuanya membicarakan perihal akidah seperti pengisahan syurga, neraka, sifat-sifat tuhan, hari kiamat, kisah-dan kisah kaum terdahulu. Bahkan majoriti ayat yang terdapat dalam al-Quran adalah membicarakan soal-soal di atas, cuma sedikit ayat yang berkaitan dengan hukum hakam syariat. Ini menggambarkan kepentingan pemantapan akidah terhadap umat islam. Tanpa akidah yang sejahtera,umat islam akan mudah disesatkan oleh fahaman-fahaman musuh, perpecahan dalam saf umat islam akan berlaku dan takut untuk mempertahankan islam.


Akidah atau ilmu tauhid yang wajib dibina adalah kepercayaan yang mengesakan Allah serta mengetahui kekuasaanNya dan lima rukun iman yang lain secara ijmali. Adapun mempelajarinya secara tafsili maka ia adalah fardu kifayah dan digelar sebagai ilmu kalam.


Enam rukun iman adalah asas kepada ilmu akidah. Malaikat datang berjumpa nabi ketika baginda sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya. Beliau duduk betul-betul dihadapan nabi lalu meminta nabi menceritakan perihal iman. Maka jawab Rasulullah:


الإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ , وَكُتُبِهِ , وَرُسُلِهِ , وَالْيَوْمِ الآخِرِ ,وتؤمن وَالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ [رواه مسلم]

Iman itu adalah kamu percaya kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhirat, dan percaya ketentuan baik burukNya.


Iman boleh diumpakan sebagai akar bagi pokok. Walaupun ia berada di dalam dan tidak terzahir di pandangan, tanpanya tidak akan tumbuh batang, dahan, ranting daun dah buah. Iman perkara yang ada di akal fikiran, tidak terzahir tetapi tanpanya seseorang tidak diterima ibadah dan seluruh amalannya oleh Allah.



Pernah diceritakan bahawa di Rusia ada seorang guru berfahaman athies (tidak mempercayai kewujudan tuhan) bertanyakan soalan:

“Adakah tuhan itu wujud? Jika benar tunjukkan pada cikgu mana tuhan kamu!”

Lalu bangun seorang pelajar muslim berkata:

“Cikgu tiada akal.” Guru itu berang dan berkata: “Kenapa kamu kata begitu pada cikgu?”

Jawab pelajar itu: “kalau benar cikgu ada akal, tunjukkan pada saya!”


Adapun rukun akidah yang enam itu secara ringkas adalah:


1. Percaya kepada Allah bererti mengakui segala sifat-sifat dan kekuasaanNya serta menghindar diri dari mempercayai bahawa ada kuasa dan aturan lain yang lebih relevan selain apa yang ditetapkan Allah.


2. Percaya pada malaikat bererti mengetahui bahawa ada makhluk yang tidak pernah melanggar perintah Allah yang tidak dapat dikesan melalui pancaindera manusia. Juga percaya bahawa alam ghaib itu wujud termasuk pahala, syurga, roh, jin, dan syaitan


3. Percaya kepada kitab-kitab pula adalah mengetahui bahawa Allah menurunkan beberapa buah kitab kepada nabi-nabi terpilih sebagai petunjuk kepada manusia di dunia ini dalam meniti kehidupan termasuk al-Quran yang diturun khas kepada Nabi Muhammad SAW yang menasakhkan kitab-kitab yang lain. Sebarang undang-undang yang bertentangan dengan petunjuk Quran adalah salah dan perlu dihindari walaupun logik akal membenarkannya.


4. Percaya pada rasul-rasul pula adalah mempercayai ada kalangan manusia dipilih oleh Allah untuk menjadi perantara dalam menerapkan ilmu-ilmu islam kepada penduduk bumi dan bersifat dengan benar, amanah, menyampai ilmu dan bijaksana. Penghulu segala nabi adalah Muhammad SAW dan syariatnya istimewa berbanding syariat nabi-nabi yang lain.


5. Percaya wujudnya hari akhirat dengan mengteahui aka nada kebangkitan semula sesudah mati untuk menilai keputusan ujian-ujian manusia ketika di dunia. Akhirat bersifat abadi yang tidak akan berakhir dengan kematian atau kemusnahan. Yang baik akan beroleh syurga dan berdosa akan dihumban ke neraka.


6. Percaya qada` dan qadar pula merupakan kepercayaan yang paling perlu diperkuatkan oleh setiap muslim. Ia bermaksud meredhai setiap ketentuan yang telah Allah pilih untuk hambaNya. Segala yang berlaku ada hikmahnya kerana Allah SWT tidak akan menentukan sesuatu yang sia-sia. Tidak ada apa yang perlu ditakuti jika Allah tidak mengizinkan sesuatu berlaku kepada kita. Apabila Allah ingin sesuatu itu berlaku, tiada yang mampu menghalang walau semua manusia cuba menghalangnya.

RUJUKAN: http://ilhamdarweesh.blogspot.com/2013/01/akidah-yang-sejahtera.html
SYLLABUS USRAH IDADIE 3
SIRI I: 

AKIDAH YANG SEJAHTERA




Aqidah asalnya perkataan ‘aqada’ atau `aqad’ bermaksud simpulan ikatan yang kuat. Aqidah dipakai untuk ikatan hati yang kuat terhadap sesuatu kepercayaan. Kepercayaan yang kuat terhadap sesuatu ideologi lahir daripada ilmu dan bukti yang kuat terhdap sesuatu fakta tersebut. Ilmu yang yakin datangnya daripada sumber yang meyakinkan seperti sumber naqli daripada al-Quran dan al-Hadis atau sumber aqli berdasarkan pemerhatian dan logik. Kesejahteraan aqidah seseorang dinilai melalui perlakuan, tingkah-laku, amalan kehidupan yang lahir daripada perkataannya dan perbuatannya. Kesejahteraan aqidah adalah asas keunggulan keperibadian insan.

Kepercayaan manusia kepada Allah sebagai Rab; Pencipta, Pemilik, Pengatur sistem, Pengurus, Pentadbir alam semesta dan Pemerintahnya akan melahirkan perasaan terhutang budi kepada Allah, menimbulkan keinsafan terhadap kebiadapan diri terhadap hak-hak Uluhiyyah Allah dan melahirkan perasaan keterikatan perhambaan diri kepada Allah yang Maha Berkuasa, Bijaksana, Suci lagi memiliki seluruh sifat kesempurnaan.

Kesejahteraan aqidah kepada Allah adalah hasil daripada mengenal hakikat Rububiyyah, Mulkiyyah dan Uluhiyyah Allah. Kesan kesejahteraan ini menyelamatkan manusia daripada kepercayaan khurafat, tahyul dan ketergantungan kepada makhluk dan asbab. Sebaliknya menjadikan manusia rasa hina diri, lemah dan tidak bedaya menghadapi Qudrat dan Iradahnya. Perasaan halus ini melahirkan rasa pengharapan dan pergantungan hanya kepada Allah disetiap ketika. Tanda pengharapan ini lahir melalui amal-amal perhambaan dan ketaatan. Amal-amal yang dibenci Allah akan dijauhi dan amal-amal ketaatan dan perhambaan yang lebih disukai Allah menjadi amal-amalnya.

Mereka akan mengotakan janji-janji mereka, syahadah mereka, ikrar mereka yang telah mereka ucapkan kepada Allah kerena mereka takut kebencian Allah yang amat murka kepada manusia yang memungkiri kata-janjinya.

” Wahai orang-oangyang beriman, kenapa kamu berkata apa yang tidak kamu kotakan, amat besar kemurkaan Allah bahawa kamu berkata-kata apa yang tidak kamu kotakan, Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dijalannya dalam satu saf yang mantap dan mereka seumpama binaan-binaan yang tersusun rapi”.

Allah membenci manusia yang berpaling dan menjauhi ajarannya. Allah mengasihi manusia yang mencintai dirinya dan agamanya. Mereka merendah diri sesama muslimin, bersifat bangga diri dengan keIslaman mereka kepada orang-orang kafir, mereka berjihad dijalan Allah dan tidak takut kepada celaan orang yang mencela.

Allah mengasihi orang-orang yang membersihkan diri dan orang-orang yang bertaubat. Allah mengasihi orang-orang yang bersabar dan berbuat baik. Allah mengasihi orang yang bertakwa dan menegakkan keadilan.

Allah membenci orang-orang yang zalim, khianat, takabbur, berbuat dosa, menzahirkan keburukan, engkar perintahnya, melampau, membuat kerosakan dan kufur.

Memiliki sifat-sifat manusia yang dikasihi Allah dan menjauhi sifat-sifat yang dimurkai Allah adalah kesan kesejahteraan aqidah.

Allah menggambarkan watak manusia yang memiliki kesejahteraan aqidah melalui pujiannya kepada generasi sahabat r.a. Gementar hati mereka bila diperingatkan kepada Allah, bertambah iman denga membaca ayat-ayat Allah, sentiasa bertawakkal kepada Allah, mendirikan solat dan menginfaqkan sebahagian rezeki kurniaan Allah kejalan yang diredai. Mereka sentiasa menghidupkan malam-malam hari mereka dengan berdoa, beristighfar, membaca al-quran, bertasbih dan tahmid dengan perasaan takut dan harap kepada Allah. Hati mereka sentiasa mengingati Allah dalam semua keadaan; berdiri, duduk mahupun berbaring. Mereka berfikir tentang kehebatan penciptaan makluk dilangit dan dibumi sehingga mereka menyedari kesemua ciptaan Allah ini mempunyai fungsi dan tujuan lantas mereka memuji Allah.

Mereka mengutamakan saudara seagama, menunaikan hajat-hajat saudaranya, bertolong menolong dan saling menjadi jaminan kepada kesejahteraan sahabat-sahabat mereka, menasihati saudaranya dan menerima teguran dengan dada yang terbuka. Mereka berkasih sayang seumpama satu jasad.

Kesejahteraan aqidah adalah hasil proses ta’lim dan tarbiyyah yang berterusan malah surah Makkiah yang diturunkan Allah berasur-ansur selama 13 tahun di Mekah membuktikan keutamaan tarbiyyah, tazkiyyah dan membina aqidah yang sejahtera.

Imam al-Banna menggariskan 20 asas tasawwur aqidah Islam dan di atas kejelasan itu mereka ikhlas beramal, berjihd, berkorban, beristiqomah, berukhuwwah, saling mentaati dan mempercayaai dan tajarrud.

Rujukan: https://renungan2u.wordpress.com/2008/12/13/aqidah-yang-sejahtera/
Diambil padaL 2 Januari 2021


RUJUKAN PERIBADI INSAN RABBANI

 


Peranan Individu Musleh (Petikan Majalah Tarbiatuna Petikan Taujihad)

Slide 10 Muwasofat Tarbiah

Mendidik Masa Depan Muqaddimah; Peribadi

Peranan Akidah dalam halatuju hidup muslim Jakim Sabah

Bahan Pena-tarbiah Tarbiah 



MAKSUD AKIDAH YANG SEJAHTERA

 [Öa.qi.dah] | عقيدة


Definisi : sesuatu yg dipercayai atau diyakini (terutamanya ttg agama); kepercayaan; keyakinan. (Kamus Pelajar Edisi Kedua)

[se.jah.te.ra] | سجهترا

Definisi : aman dan makmur, senang dan ten-teram, terpelihara drpd bencana (kesusahan, gangguan, dll): moga-moga kita dapat hidup dlm ~; selamat ~; menyejahterakan menjadikan sejahtera, mengamankan, menyelamatkan: Ya Tuhan-ku, sejahterakanlah Laksamana itu; kesejahteraan keselamatan, kesenangan (hidup dll), kesentosaan, ketenteraman: manusia mesti bekerja keras utk mendapat ~ di dunia dan di akhirat. (Kamus Dewan Edisi Keempat)

10 SIFAT-SIFAT INSAN RABBANI




1. SANGAT MENJAGA MASA (حارس على وقته)
menjaga kualiti solat
berdoa agar diberkati waktu
tidak lewat ke kelas atau aktiviti
mengisi waktu dengan mengingati Allah

2. QIDAH YANG SEJAHTERA (سليم العقيدة)
mengingati akhirat
menjaga kebersihan hati
berzikir dan taubat
memperbanyakkan nawafil dan zikir
menjauhi dosa dan syubhat
sentiasalah muraqabah kepada Allah

3. IBADAH YANG BENAR (صحيح العبادة)
mengetahui halal dan haram
sentiasa membetulkan amalan
bersederhana dalam setiap urusan dalam kehidupannya
melakukan ibadat yang boleh meninggikan roh dan jiwanya

4. AKHLAK YANG MANTAP (متين الخلق)
mempraktikkan akhlak Rasulullah SAW
sensitif dan peka
tegas
benar dalam kata-kata dan perbuatan
berlumba berbuat kebaikan
tawadhu’
berani

5. LUAS PENGETAHUAN (مثقف الفكر)
membaca al-Quran dengan baik dan tadabbur
sentiasa belajar sejarah
kuasai kemahiran terkini
tahu berita dunia Islam dan am
bersumberkan al-Quran dan hadis, serta ulama’ yang thiqah
banyak membaca dan menulis
pakar dalam bidang yang diceburi
miliki perpustakaan sendiri

6. MELAWAN HAWA NAFSU (مجاهدة على نفس)
ingat janji dan amanah, serta berazam dengan kuat
pelihara diri dari maksiat dan kelalaian
tidak menghiraukan kata-kata orang dalam mempraktikkan Islam

7. TERSUSUN DALAM URUSAN (منظم في شؤونه)
tidak menangguh kerja
tidak gopoh dan tergesa-gesa
menjaga penampilan
berdisiplin
bijak letak prioriti kerja
lakukan kerja sebaik mungkin
gunakan masa dan tenaga untuk manfaat Islam dan dakwah

8. SIHAT TUBUH BADAN (قوي الجسم)
pemeriksaan kesihatan
diet seimbang, makan sekadarnya
bersukan
tidur secara optimum
menjaga kebersihan

9. MAMPU BERDIKARI (قادرا على كسب)
menjauhi kemewahan apatah lagi pembaziran
tidak mengharap kepada orang lain
ada simpanan untuk waktu kesempitan
bersikap ihsan dalam bekerja
menjauhi riba dalam semua lapangan

10. BERMANFAAT PADA ORANG LAIN (نافع لغيره)
melakukan kebaikan untuk orang lain
penuhi hak orang lain (ibu bapa, sahabat, jiran)
membantu orang yang memerlukan
bersedia untuk menerima dan memberi kritikan
bergaul dengan semua lapisan masyarakat
multi skill